Waktu silih berganti tak terasa banyak hal yang dilalui hanya di rumah saja. Banyak hal yang membuat harus kreatif agar tidak salah tingkah karena hanya berpapasan dengan aktivitas yang terkadang membosankan dan mengundang jenuh untuk menyapa waktu. Entalah. Kapan harus berakhir? Pertanyaan yang mengusik sesaat menggagal segala rencana. Ini nyata bukan sebatas ilusi semata. Badai pasti berlalu. Itulah perkataan yang sering didengar dan sebuah keyakinan akan tumbuh dibalik kegelisahan.
Waktu kini memberi sekat. Jarak seakan diciptakan dengan sengaja saat sebuah kerinduan ingin bertemu sapa. Maaf inilah yang terjadi kisah pilu saat waktu tak ingin berkesempatan dengan nyata. Sulit itu sudah jelas dan tak ada alasan untuk menolak. Akan diceritakan sedikit bagamana waktu menyatakan perbedaan saat kemarin masih bermimpi akan nyatanya di hari esok. Begitu rumit saat hari ini harus dilewati dengan sebuah keterpurukan yang tak pernah diminta dan mengundang dengan ramah. Jujur kehadirannya menyeka banyak hal dan merenggut segala kepunyaan. Kehadiran yang tak diinginkan. Kehadiran yang tak diharapkan.
Saat ini dengan kehadiranmu yang tak berwujud yang hanya bisa diilustrasikan dengan sebuah pengetahuan akan jelasnya tentangmu sungguh sangat menyakitkan. Engkau membisu tak bersuara tetapi terdengar ratapan dan tangisan dari berbagai arah semua karenamu. Pilu rasanya ketika isakan dan tangisan itu mengisyaratkan tentangmu yang hadir hanya sebagai parasit yang tak berwujud.
Dengan santainya engkau hadir, serupa gayamu yang tak ingin dilihat oleh mata dengan segala kesadaran.
Engkau hadir mengubah segalanya. Engkau bahkan bertahta seakan ingin berkuasa.
Engkau bersinar bukan memberi kehidupan melainkan melumpuhkan kehidupan. Caramu yang terlihat konyol dengan merajalela. Engkau bahkan menari saat engkau tahu bahwa jalanan terasa sepi. Engkau bahkan bernyanyi saat engkau tahu segala cara sulit menemukan arti.
Siapakah engkau?
Sampai setiap insan selalu membicarakan tentangmu. Dari setiap waktu berdetik semuanya hanya tentang kamu.
Setiap pertanyaan bentuk apapum pasti jawaban akhirnya adalah kamu.
Engkau tahu arti jawaban dari setiap suara yang menyahut bukanlah sebuah pujian akan kamu melainkan sebuah harapan agar kamu segera menjauh segera pergi dan melangkah tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Pergilah sejauh mungkin.
Menghilanglah!
Bukan keinginan yang membuatmu hadir.
Bukan permintaan yang membuatmu tinggal.
Bukan harapan yang membuatmu harus tetap menyita kesempatan emas yang ingin diraih.
Jangan tanyakan lagi. Apa kamu masih ingin menetap. Jawaban sudah pasti "semenjak kehadiranmu yang tak diundang hanyalah sebuah kehancuran yang tak diinginkan"
Jadi,pergilah!
Tak perlu pamit
Tak perlu lama lagi...menjauhlah...sejauh mungkin hingga tak akan pernah kembali.
0 Comments:
Posting Komentar