Sabtu, 02 Mei 2020

"Esok Akan Indah"

Kehidupan memberiku makna di setiap waktu bergulir. Waktu begitu indah saat bersua dengan kesempatan. Waktu yang dihiasi dengan cinta yang tak terhingga batasnya. Kesempatan kini mulai berkisah semenjak sebuah kata mulai bertasbih di ruang relung yang nyaris hampa tak beralas. Kisah ini mungkin berbeda dengan hari kemarin yang kumaknai dengan hari yang begitu indah. Namaku Putra. Saat ini aku hanyalah seorang mahasiswa yang menjenjang pendidikan di salah satu Universitas di Bali. Suatu anugerah termahal bagiku saat aku menjalani hariku dengan sebuah kewajiban yang patut aku pertanggungjawabkan di hari esok.Ada begitu banyak hal yang bisa kulakukan selagi kaki masih kuat berjalan,selagi niat menjadi tekad,selama harapan masih bersinar,selama tujuan memberiku petunjuk,selamaa rintangan menjadi tantangan dan selama aku percaya Sang Semesta merestuiku. Banyak hal yang aku kagumi yang dapat aku lakukan. Dan salah satu yabg membuatku merasa hidup dengan sebuah kelebihanku mencintai alunan musik yang selalu kedendangkan di kala kesempatan bersua. Bagiku musik membuatku terinspirasi lewat alunan melodinya. Melodi yang membuatku juga tampil diri ketika kepercayaan berpihak kepadaku untuk melukiskan kesempatan dengan mencoba menampilkan yang terbaik dan menjadi lebih baik dari hari ini. Impianku mungkin sedikit menjulang, yaitu kelak bisa berdiri di sebuah panggung dengan semua mata tertuju dan menatapku dengan tepukkan tangan yang megah atas kehadiranku. Inilah yang menjadi moment terindah yang akan menjadi kebanggan tersendiri di hari esok. Dalam hisupku hal yang sudah menjadi kebiasaan dan tidak akan pernah aku lepas adalah menjadi seorang gitaris semanjak aku mengenal dunia musik. Musik adalah bagian dari diriku yang tak dapat alu pisahkan di setiap waktu yang menjadi kewajibanku. Kedua hal inilah yang menjadi rutinitasku, sejak aku menginjakkan kakiku dan semenjak saat itu aku menjadi tamu di Pulau Dewata. Waktu terus bergulir saat detikkan waktu berdetak menjemput segala hal yang harus kulalui bersama sang mentari pagi di pagi hari hingga rembulan malam menjadi kiasan saat kelam mencekam. Hari begitu saja saat aku menjalaninya dengan berbagai aktifitas di luar yang membentuk karakterku. Hingga suatu malam,saat aku mulai memainkan melodi lewat aenandung gitarku ada hal yang tak biasa aku rasakan. Ini beda dan lain sekali. Perasaanku mulai memberi isyarat hingga telponku berdering. Sebuah suara menyapa dengan lembut dan sangat asing bagiku. Kemudian mengajakku intuk berbicara "hello, ini aku Ayu semenjak 4 tahun yang lalu" sesaat aku mulai membuka memori tentang dia. "Oh,iya,maaf Ayu bukannya aku lupa hanya karena mungkin baru pertama kali aku mendengar suaramu kembali setelah beberaoa tahun silam". " tak apalah" terdengar jawaban yang santai darinya. Semenjak saat itu kini hariku sudah mulai kisah baru bersama dengan dirinya. Tak ada yabg spesial hanya sebuah rasa jauh terpendam jauh ke dalam hati yang dangan sulitnya mengatakan cinta. Aku mengerti benar dab begitu mengenal saat kami bertemu 4 tahun yang lalu. Dari waktu ke waktu aku selalu bertanya dalam hati "mungkinkah dia sudah berubah dengan sikapnya saat aku bertemu dengnnya dulu?" Tetapi pertanyaanku terjawab setelah 4 bulan aktif berbagi kisah dengannya. Sifatnya masih tetap seperti dulu, dari tutur katanya,candaanya,sikap pedulinya,dan juga cara dia berbagi kisah dengan penuh ketulusan tanpa keraguan. Tak terasa waktu begutu cepat betgulir. Entalah aku hanya berusaha mengendalikan niatku untuk mengatakan yang sebenarnya. Jujur aku hanya tal yakin dengan diriku sendiri jika aku menganggapnya lebih,mungkinkah dia bisa menerimaku atau berbanding terbalik. Aku sadar Ayu adalah sosok wanita yang baik hati,jujur,dan perhatian. Apalagi kemarin Ayu bahwa dirinya menjadi salah satu mahasiswa di kampusnya disalah satu universitas di Manado yang melakukan penenlitian di Hongaria. Ah,aku bahkan menjadi orang pesimis dalam hal ini. Andai saja mulut mampu mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang tengah dirasakan hati akan benih yang muali melar di jiwaku. Mungkin aku tak akan pernah menjadi orang laon seperti ini. Ketika aku melihat sebuah tulisan di IG sepertinya dia sedang menanti hari yang berharga dari hidupnya,tepat tiga hari yang akan datang adalah hari ulang tahunnya yang ke 22 tahun. Aku mulai berpikir mungkinkah ini adalah kesempatanku untuk mengatakan yabg sejujurnya. Aku todak yakin dengan niatku, aku bahlan tidak tahu harus mulai darimana mengatakan yang sebenarnya. Ah rasa,sejak kapan engkau tumbuh kau bahkan membuatku tidak bisa berpikir jernih tentang kenyataan ini. Bagaiman harapan tidak sesuai kenyataan. Bagaiman jika aku hanya menkadi sahabat dan tidak lebih dari itu. Bagaimana jika dia hanya menanggapi dengan sebuah candaan apalagi dia orangnya humoris. Ini bahkan sulit untuk kumaknai. Seperti boasa aku hanya mengungkapkan perasaanku lewat lantunan syair melodi yang kupetik melalui gitar listrikk. Tibalah waktu yang menjadi hari terindah dalal hidupnya. Hari dimana dia mencoba menjemput usia baru yang ke 22 tahun. Semenjal pergantian waktu,hatiku mulai bergetar, ingin mendaparkan haknya untuk mengatakan yang sesungguhnya. Aku menciba melawan rasaku yang kali ini membuatku harus berani mengungkapkan yang sejujurnya. Aku memberanikan diri untuk mengatakan lewat handphonku dan menelponnya. Jari-jariku bergetar, gugup kini mulai terasa. Aku menarik menapas yang panjang sambil menunggu sahutan darinya. Terdengar sebuah suara yang membuat jiwaku terbakar seketika. Ah,aku mencoba mengucapkan sebuah doa dan harapan yang baru untuknya saat itu. Sejenak aku terdiam dan memikirkan bagaimana aku memulainya. Perlahan aku mulai mengatakan yang sebenarnya tentang perasaan yang sudah tumbuh sejak itu. Aku tidak memaksanya untuk menerima perasaanku saat itu. Aku hanya mencoba menjadi diri sendiri saat dia memberikan keputusannya. Sesaat terdengar hening,mencoba untuk mengerti dan membiarkan hati nurani membisikkan jawabannya. Tiba-tiba suara pun kembali terdengar dengan lembut. Sebuah perkataan yang membuatkuku merasa yakin akan perasaan yang tumbuh semenjak kemarin. "Aku ingin agar aku dan kamu melangkah bersama untuk saling mendukung meraih tujuan dan impian kita",jawaban yang membuat jantungku berdenyut kencang. Jawaban yang menghidupkan nadiku dari beberapa saat sempat tak terarah. Aku mencoba meyakini akan kisah yang baru dimualai dan bermekar di kedua hati yang terpisah jauh saat raga tak mampu bertemu sapa. Waktu terus berlalu,kini hari-hariku indah dilalui saat bersamanya. Kisah yang mualai bermekar itu membuatku terus merasa hidup akan kehadirannya yang selalu penuh dengan curahan hati yang nyaman untuk dikisahkan. Jarak yang membuat lami harus mampu menahan rindu untuk merasakan bagaimana romantisnya makan malam,jalan-jalan sambil menikmati setiap pinggiran pulau Dewata yang mencoba memancarkan keindahan hingga mampu memanjakan panca indra dan bagaimana rasanya bermain gitar dengan persembahan dari sebuah suara yang aku rindukan. Itu semua hanyalah harapan kami saat bulan Juli mengizinkan kesempatan untuk mewujudkan tiga harapan sederhana yang kami impikan. Kisah kami yang penuh dengan perjuangan melawan jarak dan waktu yang semakin membuat rindu terus merasuk di setiap waktu. Tetapi sebuah pengertian yang menjadi dasar akan kisah kami membuat kami lebih menjadi pribadi yang baik untuk terus menjaga satu sama lain. Hubungan jarak jauh yang membuat kami harus banyak memahami itu dan membuat kami menemukan jati diri sesungguhnya. Di setiap kesempatan kami tidak pernah tinggalkan untuk saling berbagi tentang kegiatan yang kami ikuti di kampus atau di manapun kami berkarya. Kami mencoba menjaga komitmen yang dibuat dengan tidak mempublikasikan kepada dunia bahwa kami adalah sepasang kekasih. Tetapi kami mencoba untuk saling percaya akan rasa yang kami miliki, cukup aku, dia dan Tuhan yang tahu. Keyakinan akan anugerah ini membuat kami saling menguatkan dan salung memperhatikan dengan sikap peduli yang poaitif tanpa mengekang segala sesuatu. Tentu dalam hubungan semuanya tidak berjalan mulus. Banyak rintangan yang membuat kami harus saling memahami dan belajar saling memaafkan. Aku sadar tak terasa sudah lama kami menjalani kisah ini dengan begitu indah. Hari-hari kami bewarna dan memberi arti yang penuh makna dalam kehidupan. Sebagai mahasiswa akhir kami mencoba untuk terus memahami tanggung jawab yang kami harus selesaikan. Kami mencoba untuk saling mengerti apa yang menjadi kewajiban kami saat itu. Tepat pada akhir bulan Juni kami mencoba menepati janjinya untuk bersama menghabiskan liburan di Pulau Dewata. Seperti ada sesuatu yang kian menari-nari. Aku mencoba menyiapkan segala sesuatu yang menjadi harapan kami selama ini. Dengan mewujudkan tiga harapan sederhana yang kami buat beberapa waktu lalu. Tidak sabar rasanya bertemu dirinya yang menjadi mentari di setiap hariku yang setia bersinar meski dari kajauhan. Tibalah hari yang kami nantikan. Aku sangat bersemangat karena tepat pada pukul 09.30 aku harus menjemputnya di Bandara. Hatiku sangat bahagia namun di sisi lain hatiku merasa ada yang aneh. Aku mencoba menenangkan perasaanku dengan berbagai cara dan mencoba menatap fotonya ku simpan di meja belajarku. Sambil tersenyum dan menatapnya dalam hatiku berkata, "aku semakin mencintaimu di setiap hembusan nafasku". Setelah beberapa saat aku pun bergegas dan tidak sabar menemuinya di Bandara. Sepanjang perjalanan aku selalu membayangkan bagaimana wajahnya setelah sekian lama tidak bertemu dan hanya melihatnya di foto dan juga bertemu sapa lewat video calling. Setelah sampai di Bandara aku mencoba menelponnya karena sudah lima menit berlalu yang seharusnya dia sudah turun dari pesawat. Tetapi aku tidak bisa menemukannya. Aku mencoba menelpnnya beberapa kali tetapi tidak ada satupun jawaban darinya. Hatiku mulai resah entah apa yang sedang terjadi dengannya. Rasa khawatirku semakin memuncak kini mulai mengusikku tidak beralas. Aku selalu mencarinya sambil bertanya dalam hati," Tuhan di mana aku harus mencarinya? Bagaimana jika terjadi sesuatu dengannya saat ini? Berbagai pertanyaan seakan membuatkubtak berdaya. Pikiranku mulai tak karuan. Aku mencoba beristirahat di sebuah bangku dengan air mata yang membasahi pipiku. Amu mencoba menahannya tetapi semakin lama aku manhannya semakin membuat hatiku semakin sesak bsrbafas. Aku mencoba menatap di segala arah dari kejauhan aku melihat sosok yang tak asing bagiku sedang bercanda dengan seorang teman perempuannya. Aku segera menghampirinya. Baru saja aku melangkahkan kakiku ke arahnya, tiba-tiba aku melihat seorang pria yang juga tidak asing bagiku dab dia adalah Aditya mantan pacarnya waktu SMA yang sudah lama putus beberapa tahun yang lalu. Akupun mulai sadar ternyata benar dugaanku selama ini bahwa Ayu masih menyimpan rasa pada mantannya. Berbagai pertanyaan terlihat dalam benakku. "Jika benar bahwa Ayu masih mencintai Aditya,lalu mengapa dia harus membuat komitmen bersamaku sampai sejauh ini. Kakiku merasa berat untuk melangkah. Hatiku semakin sesak dan hancur ketika mengingat semua pengorbanan yang dibalas sebuah pengkhianatan. Sampai setega itukah dirinya mematahkan benih yang kini tumbuh dan bermekar, dan membuat citayang setelah sekian lama kita bangun bersama dengan penuh perjuangan. Aku hanya bisa menatap dari kejauhan saat Ayu melepaskan pelukannya kepada Aditya sambil mengabaikan sebuah panggilan Video dariku. Aku menahan air mataku sambil beranjak pergi. Aku mencoba membuat hatiku merasa nyaman dari kepiluan hati dan melepaskan kerinduanku lewat sapaan angin dan gemuruh ombak di sepanjang perjalan yangengantarku pulang ke rumah. Seakan alampun ikut bersuara seakan merasakan apa yang tengah aku rasakan. Dalam hatiku,"aku hanya mampu berharap bahwa kulepaskan cintaku bersamanya dengan harapan suatu hari akan kau bawa cintaku kembali dan menyatu dalam satu ikatan yang akan kita ikrarkan di hadapan-Nya. THE END
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Arsip Blog